Maafkan aku. Baru aku menghela nafas
yang dalam, dalam sekali dan terasa olehku rabaan untung buruk pada tepi-tepi
dan dinding hatiku selama 2,5 tahun terlewati. Ya. Aku tidak bisa mengharapkan
lebih. Cita-cita untuk berkomitmen hidup bersama dengan gadis suci sepertimu.
Kau yang selalu kuimpikan dengan senyum manismu. Wanita yang mempelihatkan
keteguhan jiwa yang berhias riang kesetiaan. Namun rasa itu hanya ilusi karena
aku tak akan pernah mengungkapkan secar langsung padamu, mengungkapkan dengan
bahasa –bahasa para pria yang jantan. Aku sudah yakin bahwa rasa ini akan
hilang dan lenyap dari dunia khayalku selama ini.
Maafkan aku, Aku lebih suka memekikkan
dan meraungkan kebahagiaan dan kesakitan dalam hatiku, walau aku tidak pernah
kuasa. Aku hanya lelaki. Hatiku yang tidak mau dan mataku tak sudi menggerebak.
Sesunggunya hakikat laki-laki sangatlah beruntung dikaruniai batin yang kuat dan
teguh. Walau aku kadang sembelit tersenyum pahit. Bahkan irama kata tetap,
tidak akan pernah sumbang oleh perasaan rasa yang naik turun dengan derasnya
karena aku adalah aku yang kalah dengan diriku sendiri.
Akhirnya ku tahu
Jiwa ini lemah kaku dalam kebodohan
Kegamangan diri
Geram mendendang tinggalkan sayup
Begitu senyap lenyap oleh keadaan
Berurutan
Aku musyafir egoisme yang mengharapmu
Menyusuri lorong mengemis jiwamu
Setan! Kau terlalu hebat
Mengutuk agar aku tak kan pernah
memilikimu
Dengan ketakutan dan kebodohan serta
keterbatasan
Pengecut ini belum berani
Tak mampu menggenderang
Menyemaikan lembah kepercayaan dan
kepastian
Serta cahaya yang membuatmu lebih
condong
Menyelimutimu dan menghangatkanmu...
Kau tetap perempuan itu
Yang setia hadir di mimpi-mimpiku waktu itu
walau kau hanya anggap aku sahabatmu,
aku akan tetap menjaga hatiku
menjadi sahabatmu dan hanya akan jadi sahabatmu....
semoga kau bahagia dengan dia...
doa dan tuhanku bersamamu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar